Sabtu, 28 Juni 2014

Ramadhanku, Jakartaku

MARHABAN YAA RAMADHAN ^^

Selamat datang bulan puasa, bulan yang penuh berkah dan anugerah. *ciyeh, serius amat*.
Bulan puasa tahun ini sangat berbeda dengan bulan puasa sebelumnya, yaiyaalah selain emang beda tahun pasti jelas beda suasana dong. hehe
Apa sih bedanya bulan puasa tahun ini dengan tahun kemarin?

Sebenernya hampir sama sih hanya saja pada tahun ini aku lebih mempersiapkan diriku untuk menimati libur ramadhan dengan banyak kegiatan positif yang sedikit terarah bagiku nggak kaya tahun kemarin yang sangat berantakan dan sangat banyak waktu yang terbuang juga *puk puk kasian amat ni erin*. Yupss, sekarang lupain deh ramadhan tahun lalu yang membosankan sekarang aku ingin menyambut dan melaksanakannya penuh dengan kebaikan *ceileeee*.
Okee, mungkin sekarang aku sudah beranjak dewasa jadi mungkin aku sudah harus menata hidupku agar lebih baik dan terarah lagi, dan aku berniat dari ramadhan tahun aku harus berubah *udah kaya power ranger aja*.

Apa sih yang memotivasi aku kok kayanya niat banget pengen berubah?
Jawabannya simple, aku pengin disisa semesterku aku lebih berpresetasi dan bermanfaat. Sungguh di 4 semester kemarin banyak waktu yang terbuang sia-saia *hiks-hiks*. Dan aku nggk amu terulang lagi. Ditambah lagi banyak hal-hal sederhana yang akhirnya mendorongku untuk semakin berubah, salah satunya yaitu dari keinginaku menulis. Hal itu yang membuatku jadi ingin lebih mengahargai waktu dengan cara senantiasa melungakan waktu untuk menulis, iya nulis apa aja yang sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain.

Nah udah tau kan sedikit alasanku tadi hehe
Sekarang aku mau nyeritain nih pengalaman sahur pertama di jakarta. Yuhhuuuuu JAKARTA, kota metropolitan yang sangat digandrungi semua orang dari anak-anak hingga emak-emak. Kota yang lekat dengan kemewahan dan gedung yang mejulang tinggi keangkasa. Mungkin banyak orang yang bermimpi tinggal di jakarta tapi entah kenapa nggk buta aku.
Kenapa? Simple aja, jakarta belum layak disebut kota sebagai tempat untuk hidup nyaman, dengan segala kemacetan, panas, sempit, banjir, kriminal dan banyak lagi lah hal-hal yang membuatku merasa tak nyaman jika harus menghabiskan sisa hidupku di jakarta.
Ini subjektif lho yaa, sekali lagi ini hanya subjektif dari sudut pandang ku, jadi semoga tak ada pihak yang merasa teraniaya dengan kata-kata saya *ciyeeh*.

Jakarta, tadi pagi sekitar jam 01.00 aku udah sampai di kota metropolitan yang begitu luar biasa ini. Dari awal memasuki kota jakarta hanya gedung-gedung dan bangunan-bangunan yang terlihat, pepohonan sudah semakin jarang dan yang ada hanya deretan rumah tak layak pakai di samping bantalan rel kereta apa.
Miris, tragis dan kasihan, itu yang ada di benak ku ketika melihat keadaan ibu kota negara Indonesia, Nyawa, jiwa dan raga mereka pertaruhkan hanya demi mendapatkan penghidupan yang lebih layak, namun apa mau dikata, hidup di kota jakarta layaknya hidup di hutan rimba siapa yang bisa survive dialah yang dapat bertahan hidup.
Itulah yang membuat ku sangat merasa lebih beruntung hidup di desa, desa kecil disudut klaten tercinta yang membuat saya lebih bisa merasakan arti kehidupan yang sebenarnya dan di tanah kelahiran ku saya kelak ingin menghabiskan sisa umur ku *duh dalem banget*.

Nah itu tadi point pertama saya ketika saya sudah memasuki kota jakarta, ponit kedua, setelah itu sampailah aku di stasiun besar ~ STASIUN SENIN ~ stasiun yang selalu menjadi tujuan akhir dari perjalannku yang begitu panjang tadi. Apa yang aku dapat aku lihat dari stasiun senin? Yuppps, JAKARTA TAK ADA MATINYA, itulah kata-kata yang dari dulu selalu saya ingat semenjak dari kecil saya tiba ke jakarta. Kenapa aku bisa bilang seperti itu, alasannya jelas karena angkutan di jakarta aja 24 jam itu sudah menandakan bahwa kehidupan di jakarta terus berjalan tanpa mengenal waktu istirahat. Aku juga heran kenapa ya bisa begitu? hehe
Simple saja, lihatlah di stasiun pukul 01.00 kehidupan dijakarta masih begitu ramainya, beda sekali dengan kehidupan di kota solo, sama-sama stasiun kalau jam 01.00 pasti sepi sekali, hal ini berbeda sekali dengan jakarta yang sudah begitu ramainya seakan tak ada waktu untuk istirahat.
Kususuri jalannan ibu kota jakarta menuju rumahku di jakarta, kulihat sisi lain jakarta di malam hari. Sepanjang jalan yang kulihat adalah lalu lintas yang begitu lancar, rapi dan sunggu inilah lalu lintas kota idaman namun sayangnya semua ini hanya bisa di nikmati ketika dini hari. Lepas dari lalu lintas, aku melihat sebuah tempat yang begitu terkenal dikawasan jakarta yaitu KOTA TUA. Sebuah tempat nongkrong bagi kaula muda di malam ini. Luar biasa sekali banyaknya orang-orang yang masih nongkrong di jam 01.00. Jam dimana idealnya orang-orang sudah terlelap tidur namun kata ini nggk berlaku bagi anak muda di jakarta, begadang, nongkrong malam sampai larut pagi adalah hal yang sangat wajar dan biasa. -,-

Huft, sungguh bagi aku orang seperti ini adalah hal yang menyedihkan, anak-anak muda yang tenaganya masih banyak dan sangat produktif ini memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang tak sewajarnya. Ditambah lagi banyaknya anak-anak perempuan yang masih juga berkeliaran di tempat itu dengan banyak laki-laki di sekelilingnya. Wanita, iyaa wanita. Seorang wanita tak seharusnya berada di luar rumah pada jam-jam seperti itu, tapi bagi mereka itu hal yang sudah biasa. Jadi mereka selalu membiasakan hal-hal yang salah hingga pada akhirnya terlihat sebagi hal yang benar.
Ditambah lagi adanya anak-anak kecil yang masih meraup recehan di sekililing tempat keramaian dengan menjadi pengatur lalu lintas demi koin yang tak seberapa.
Ini salah siapa, ini salahnya anak apakah orang tua atau bahkan lingkungannya?
Itulah yang dari tadi ada dalam benak saya.......

2 komentar:

  1. untuk prubahan blh2 saja bu,,, tpi jngn pernah mrubah kpribadian drimu,,,,,,,,,,,,,,,,,,
    y sukuri aj bu,,, bsa skolah lancar dan tsk pernah terhalang masalh dana,,,,,,, sbnarnya hak yang wjib bgi anak adalh hak pndidikan,,,, tpi gmn lgi,,, haknya orang tua disejahterakn pmerintah tak berjln jug,,,,,,,,,, jdi,,,,, sapa yg salah antara anak dan ortu adalah dilema,,,,,, jdi orang tua dan anak adalah takdir yg menyambungkan mereka................ kok mlh koyo ustad hahah

    BalasHapus